ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS

A.   KONSEP DASAR FARINGITIS
1.    Pengertian Faringitis
a.    Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorokan, laringitis dan influenza tanpa komplikasi
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian. 
Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, maka giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan sinusitis, jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, maka akan percuma. Radang tenggorokannya akan kembali lagi dan berulang terus.
Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi kalau lebih dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara.  
Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.


2.    Jenis-jenis Faringitis
Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan terutama paru-paru, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi saluran pernapasan akut diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran pernapasan akut berat (pneumonia berat) ditandai dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi saluran pernapasan akut sedang (pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu umur di bawah 1 tahun ; 50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40 kali/menit atau lebih. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan pneumonia) ditandai dengan batuk pilek tanpa napas cepat dan tanpa tarikan dinding dada

3.    Etiologi Faringitis
Etiologi infeksi saluran pernapasan akut terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Bakteri penyebab antara lain genus streptokokus, staphylococcus, pneumococus, hemofilus, bordetella dan korinebakterium. Virus penyebab antara lain golongan miksovirus, adnevirus, koronovirus, pikornavirus. Disamping itu faktor-faktor berikut adalah faktor beresiko untuk berjangkitnya atau mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu ; gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan kesehatan rendah. Gejala umum yang sering terjadi pada penyakit Faringitis yaitu : batuk, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, influenza dan kadang disertai demam. Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi.
4.    Patofisiologi Faringitis
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula lapisan tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih dan abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan lomfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak
Seperti orang dewasa, infeksi pada anak menyebabkan inflamasi dan pembengkakan saluran napas yang bermakna. Pada kenyataannya, anak-anak yang mengalami ISPA mungkin memperlihatkan gejala klinis yang lebih dramatis karena saluran napas atas jauh lebih sempit sehingga resistensi terhadap arus udara tinggi walaupun pembengkakan dan sumbatan jalan napas tidak mencolok. Batuk yang terdengar pada anak yang mengidap faringitis  mungkin seperti menyalak, serak dan stridor. Terapi untuk anak-anak yang menderita faringitis  derajat ringan-sampai-sedang antara lain vaporizer, terapi oksigen. Mereka yang menderita faringitis derajat sedang-sampai berat dapat diobati dengan pemberian glukokortikoid intramuskular atau nebulizer. Inflamasi epiglottis dapat menyebabkan sumbatan total jalan napas, kecemasan yang bermakna dan kematian. Anak-anak cenderung duduk telungkup dan dapat berguling. Untuk anak-anak yang menderita epiglotitis, perlu dirawat di rumah sakit dan mungkin memerlukan tindakan intubasi atau trakeostomi.
Sekitar 90% kasus faringitis disebabkan virus. Sisanya disebabkan bakteri dan kandidiasis fungal (jarang terjadi, biasanya pada bayi). Juga dapat disebabkan iritasi akibat polusi senyawa kimia. Pada faringitis akibat virus, virus berusaha menembus sel-sel mukosa yang melapisi nasofaring dan bereplikasi dalam sel-sel ini. Gangguan pada penderita seringnya disebabkan oleh 0leh sel-sel dimana virus berimplikasi. Umumnya sembuh dengan sendirinya, tidak perlu pengobatan spesifik, dan jarang menimbulkan komplikasi. Virus Epstein-barr, herpes simplex, measle dan common coald.
Bakteri penyebab faringitis yang paling umum adalah kelompok A streptokokus. Ada banyak strain; paling berbahaya strain B-hemolitik (GABHS). Bakteri lain yang juga umum adalah Corynebacterium diphtheria, Chlamydia pneumonia dan stafilokokus. Jika tidak ditangani dalam 9 hari, infeksi oleh GABHS beresiko menimbulkan demam rematik.
Corynebacterium diphtheria tidak terlalu invasive dan tetap terlokalisir pada permukaan saluran permukaan saluran pernapasan. Hanya lisogenik corynebacterium diphtheria tidak terlalu terlokalisasir pada permukaan sluran peranafasan. Hanya lisogenik Corynebacterium diphtheria bakteriofag pembawa gen toksik yang menyebabkan difteria. Kerusakan pada faring disebabkan oleh toksin tersebut, yang membunuh sel-sel mukosa dan Adenosine Diphosphate (ADP) Ribosylating Alongation Factor II. Toksin juga dapat merusak jantung dan saraf. Bakteri ini telah dieradikasi di Negara-negara maju sejak dilakukannya program vaksinasi anak, tetapi masih dilaporkan dinegara-negara dunia ketiga dan makin meningkat dibeberapa daerah di eropa timur. Antibiotic efektif dalam tahap awal, tapi penyembuhan biasanya lamban.
Sedangkan Chlamydia pnemoniae menyebabkan sekitar 5% infeksi, dengan onset sub akut dan faringitis. Penderita sering mengalami pola bifasik, tetapi membaik sebelum berkembang menjadi bronchitis atau pneumonia.

5.    Tanda-tanda Bahaya pada Faringitis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda- tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris :
a.    Tanda-tanda klinis pada sistem respiratorik adalah tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing
b.    Pada sistem cardial adalah tachycardia, bradycardiam, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest
c.    Pada sistem cerebral adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, pepil bendung, kejang dan coma
d.    Pada hal umum adalah letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :
a.     Hypoxemia
b.    Hypercapnia
c.    Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah : kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasanya diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing.

6.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Faringitis
a.    Pendidikan ibu
Orang dengan tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti serta pentingnya kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kebutuhan bagi diri dan lingkungan yang dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Para ibu yang tidak pernah bersekolah mengalami  kematian balita 35% dibandingkan dengan ibu yang pernah bersekolah, tetapi tidak menyelesaikan sekolah dasarnya. Perbedaan itu menjadi sangat mencolok, mencapai 97% dibandingkan para ibu yang berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Pendidikan adalah salah satu jalan menjadikan perempuan sebagai agen perubahan, bukan sekedar penerima pasif program pemberdayaan. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang memungkinkan perempuan memiliki independensi ekonomi. Hal ini membuat perempuan memiliki suara dalam rumah tangga maupun di masyarakat, antara lain dalam mengatur pembagian “harta” keluarga seperti makanan, biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Perempuan juga memiliki sumber penghasilan di tangannya, cenderung membelanjakan penghasilan itu untuk kesejahteraan anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa.
b.    Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang di cakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat :
1)    Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2)    Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3)    Aplikasi (Application), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sekarang
4)    Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi yang ada kaitannya satu sama lain
5)    Sintesis (Syntesis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
6)    Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi / penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Ditengah-tengah kesibukannya menyelesaikan tugas rutinnya itu, ibu masih dibebani untuk merawat dan mengasuh anak. Sulit bagi ibu memisahkan pekerjaan itu dalam waktu terpisah. Keterbatasan tenaga dan waktu membuat ibu harus melaksanakan tugas ganda bersamaan. Biasanya sambil memasak di dapur, seorang ibu juga harus mengasuh anaknya. Ketika tangannya sibuk mengolah masakan untuk keluarganya, anak yang masih balita biasa tetap berada di pangkuannya. Kalau tidak digendong, anaknya yang belum bisa di apih, ditidurkan di dipan yang terletak di dapur. Sementara asap dari kompor terus mengeluarkan asap. Ruangan dapur dipenuhi gas dari alat masak yang sebenarnya berbahaya bagi anak. Anak yang berada di dapur bersama ibunya tidak bisa menghindari dari kepungan asap. Dengan berjalannya waktu, akumulasi asap yang dihisap anak semakin besar. Tanpa disadari sang ibu, anak itu telah terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.  (Juniarti Sahar, 2005). 
c.    Gaya Hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung faktor risiko; berbagai stress akibat krisis kehidupan dan perubahan gaya hidup juga merupakan faktor risiko. Cara pelaksanaan dan perilaku sehat dapat berakibat positif ataupun negatif terhadap kesehatan. Cara pelaksanaan kesehatan berpotensi memberikan efek negatif dapat termasuk sebagai faktor risiko; antara lain yaitu makan yang berlebihan atau nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istirahat, dan kebersihan pribadi yang buruk. Kebiasaan lain yang menyebabkan seseorang beresiko menderita sakit antara lain kebiasaan merokok atau minum minuman alkohol atau penyalahgunaan obat.
Selain itu dapat disebabkan karena : 
1)    Iritasi
Iritasi dapat disebabkan oleh debu, asap, atau kekeringan udara yang berlebihan
2)    Alergi
Drip postnasal yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi faring.

3)   Trauma
a)    Penyalahgunaan Vokal
Berteriak, menyanyi berlebihan atau bentuk lain penyalahgunaan vokal dapat menimbulkan nyeri tenggorok demikian juga suara parau.
b)    Benda Asing
Mula timbul nyeri tenggorok yang mendadak dapat disebabkan oleh adanya benda asing. Liur yang mengalir dan kesukaran menelan sering ditemukan.
c)    Luka Bakar
Faring dapat mengalami luka oleh makanan atau minuman yang panas, atau oleh karena asam atau basa
d)    Asap
Anak-anak dapat mengalami iritasi faring akibat asap rokok berat dirumah. Faringitis dapat terjadi setelah inhalasi yang berkaitan dengan kebakaran.
d.    Status Gizi
Makanan adalah kebutuhan hidup yang sangat penting diantara kebutuhan pokok hidup manusia dan pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda lagi. Makanan adalah bahan yang menyebabkan tubuh manusia dapat bekerja, kalau kita umpamakan maka tubuh manusia itu bagaikan sebuah mesin, dimana dalam kegiatannya diperlukan energi. Energi dibutuhkan untuk bernapas, berjalan, berdiri serta untuk tumbuh kembang. Manusia mendapatkan energi dari makanan yang dimakan (Ns. Anas Tamsuri, S.Kep, 2008).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Ada hubungan erat antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh mereka. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Sebagai contoh pada gondok endemik merupakan keadaan yang seimbang pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Status gizi buruk balita ditetapkan berdasarkan atas salah satu hal berikut :
1)    Perbandingan berat badan dari umur atau berat badan jatuh pada daerah garis merah pada KMS
2)    Anak yang dalam tiga kali penimbangan berturut-turut berat badannya tidak mengalami peningkatan
3)    Balita yang dalam pemeriksaan ditemukan menderita xeroptalmia (kurang vitamin A).
4)    Balita yang mempunyai pembesaran kelenjar thyroid akibat kekurangan unsur yodium yang diperlukan untuk hormon thyroid.
5)    Balita yang menderita anemia, dimana keadaan akibat kadar Hb kurang, akibat kekurangan salah satu zat pembentuk (zat besi, asam folat, vitamin B12).
Menurut (dr. Hamam Hadi, 2005) balita yang mengalami kekurangan gizi juga bisa dipengaruhi oleh kekurangan zat gizi yang diterima dari ibu yang menyusuinya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka balita tersebut akan mengalami kurang gizi yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.
e.    Status Imunisasi
Imunisasi berasal dari “kata imun”. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada suatu saat nanti digunakan untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh
Imunisasi terdiri atas imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah suntikan ke dalam tubuh anak kuman yang sudah dimatikan atau di perlemah, suntikan ini akan merangsang tubuh mengembangkan daya tahan tubuhnya dengan memproduksi antibodi yang memiliki ketahanan sampai seumur hidup. Sedangkan imunisasi pasif yaitu suntikan yang berasal dari serum atau darah binatang, imunisasi ini memiliki ketahanan sementara. Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi yang sangat efektif untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi serta balita dari jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi  
Namun menurut Ibrahim. S (2003), beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak bisa dilindungi dari penyakit-penyakit berbahaya adalah ketidaktahuan para orang tua tentang adanya vaksin dan kurangnya kesadaran betapa kerugian yang bisa diderita oleh anak jika sakit
Pertusis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri Bordetella pertusis. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi pada usia 2,4 dan 6 bulan. Pertusis terjadi dalam wadah tiap 3 sampai 5 tahun. Sebelum imunisasi tersedia, banyak bayi dan anak mati karena pertusis. Biasanya pertusis mulai seperti pilek saja dan ingus, kecapaian dan adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk, biasanya bertubi-tubi, diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah batuk
Pertusis mungkin parah sekali bagi anak kecil, yang mungkin membiru atau berhenti bernafas sewaktu batuk dan mungkin harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih besar dan orang dewasa mungkin mengalami penyakit yang lebih ringan dengan batuk yang berkelanjutan selama berminggu-minggu, tanpa memperhatikan perawatan. Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan (dari batuk atau bersin). Tanpa perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk mulai. Waktu antara eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai 10 hari, tetapi mungkin berkelanjutan sampai 3 minggu. Vaksin DPT ini tidak memberi perlindungan seumur hidup terhadap pertusis, dan perlindungan ini adakalanya tidak lengkap. Anak-anak harus diimunisasikan pada usia 2,4 dan 6 bulan.
Di indonesia saat ini, imunisasi menjadi salah satu program pelayanan kesehatan yang sedang di galakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena adanya pergeseran pelayanan kesehatan dari yang bersifat promotif ke preventif. Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dilakukan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan imunisasi massal seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan lain sebagainya. Tujuan akhir dari PPI tersebut adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) pada tahun 2002
f.     Lingkungan
Lingkungan yang sehat merupakan suatu persyaratan untuk memelihara tubuh sehat, kelembaban yang rendah dapat mengeringkan selaput lendir hidung dan mulut yang berpengaruh pada masalah pernapasan
Menurut (Entjang Indan, 2000), keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang memerlukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti dikemukakan oleh WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit diantaranya mempengaruhi kebersihan udara, karena rumah terlalu sempit maka ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh karena mudahnya perpindahan bibit penyakit dari manusia yang satu ke manusia yang lain, sehingga memudahkan terjadinya penyakit seperti penularan penyakit saluran pernapasan.
Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologis, suhu ruangan antara 18-20 ºc, penerangan siang dan malam baik terutama penerangan listrik, pertukaran hawa baik dengan luas seluruh ventilasi adalah 15 % dari luas lantai, dan mempunyai isolasi suara, kebutuhan psikologis (keindahan, jaminan kebebasan, privasi, ruangan berkumpul keluarga, dan ruang tamu), terhindar dari kecelakaan serta dari penyakit (luas kamar tidur 5 m2 per kapita perluas lantai). (Entjang Indan, 2000).
Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Polusi udara, air dan suara dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah dapat menyebabkan risiko bagi individu terutama anak khususnya balita. Tempat tinggal yang tidak bersih, sistem penghangat atau pendingin ruangan yang buruk dan lingkungan yang padat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit. Konflik atau masalah lain dalam keluarga mungkin dapat menjadi stressor yang menyebabkan individu atau seluruh keluarga mengalami peningkatan risiko terjadinya penyakit

7.    Penatalaksanaan
a.    Untuk Faringitis Akut
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari

b.    Untuk Faringitis Kronik
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin mengakibatkan terhadap batuk kronik.
Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol/ Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen. (Ngastiyah, Hal. 37-38)
c.    Pada Anak-anak
Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah atau lesu karena gejala radang tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat, mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak.
1)    Nyeri menelan :
Banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, paracetamol untuk meredakan nyeri
2)    Demam
Banyak minum, paracetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.
3)    Hidung tersumbat dan berair (meler)
Banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCl.
Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2 minggu. Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak. Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas, kebiruan pada bibir atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan.  
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak dipergunakan. Infeksi oleh virus (misalnya batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak



















Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to " ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS"

Post a Comment