GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG IMUNISASI DIFTERI DI POSYANDU I KELURAHAN KEPATIHAN TAHUN 2013



GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG IMUNISASI
DIFTERI DI POSYANDU I KELURAHAN KEPATIHAN
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN
  

1.1 LATAR BELAKANG
     Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten, dan upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit yaitu melalui pemberian imunisasi. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, Y, 2004). Program imunisasi merupakan suatu program yang digunakan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita, program ini dilaksanakan untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis (Depkes RI, 2005).
      terkadang takut membawa anaknya imunisasi. Apalagi pasca imunisasi Difteri, anak pada umumnya mengalami demam sehingga orang tua mengira anaknya sakit setelah diberi imunisasi. Padahal demam merupakan respon imun terhadap komponen organisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan dan tidak akan menimbulkan penyakit baru. Apabila terjadi sakit pada anak yang sudah diimunisasi, kemungkinan anak terpapar varian lain dari bakteri penyebab difteri. Namun sekali lagi, imunisasi tetaplah memberikan proteksi maksimal sehingga sakit yang ditimbulkan oleh bakteri varian lain tidak akan memberikan dampak secara serius (Hadinegoro, Sri, 2012).
     Mayoritas wabah penyakit disebabkan karena cakupan imunisasi yang rendah. Menurut data Riskesdas tahun 2007, sekitar 46,2% anak di Indonesia sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap dan 53,8% imunisasinya tidak lengkap. Indonesia sendiri kini berada dalam daftar 10 negara yang bayinya banyak yang tidak diimunisasi, sejajar dengan Angola, Nigeria, Bangladesh, Pakistan, dan Ethiopia. Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Jawa Timur juga menjelaskan bahwa dua kelurahan yang berada di pusat kota Tulungagung yaitu kelurahan Kepatihan dan beji mendapat perhatian serius, terutama semenjak ditemukannya kasus difteri pada dua pasien yang sempat masuk RSUD Dr. Iskak, sekitar pertengahan April 2012 lalu. Dan Berdasarkan laporan kunjungan di Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Jawa Timur pada 07 November 2012, diperoleh data sebanyak 16 kasus anak mengalami Difteri. Namun, penyakit ini memiliki potensi menular cukup tinggi dan berisiko menimbulkan endemi, pemerintah daerah melalui dinas kesehatan setempat lantas menetapkannya sebagai KLB (kejadian luar biasa) (Miranda, Gracia, 2012).
     Ini juga mengacu pada kebijakan Pemprov Jatim yang menetapkan status KLB untuk kasus difteri, karena memang hampir semua daerah selalu ditemukan kasus serupa. Memang masih ada sebagian warga yang enggan mengikuti program ORI (Outbreak Response Immunitation) dengan berbagai alasan. Namun, tim medis memastikan evaluasi akan dilakukan apabila peserta vaksinasi tidak mencapai target yang ditentukan, yakni 6.600 orang per kelurahan (Miranda, Gracia, 2012).
   bukan hanya menyebabkan anak sakit berat tapi juga cacat, bahkan kematian. Dana yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit juga tinggi. Padahal, hal itu bisa dicegah melalui imunisasi. Anak yang tidak diimunisasi bukan saja tidak punya kekebalan tubuh, tapi juga ia bisa menularkan penyakit pada lingkungannya sehingga penyakit itu tetap berkeliaran dimasyarakat dan sulit dieradikasi (Hadinegoro, Sri, 2012).
     Anak yang tidak dilakukan imunisasi difteri, kemungkinan terkena penyakit difteri akan besar dan akan terinfeksi corynebacterium diphtheriae yang menimbulkan demam tinggi, bengkak pada kelenjar disertai tubuh tidak bertenaga. Selain pada tonsil (amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas. Kegawatan lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini dapat menyerang otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf. Kematian akibat difteri sangat tinggi biasanya disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung akibat racun difteria yang merusak otot jantung (Markum, 2005).
     Pengetahuan ibu balita tentang imunisasi difteri sangat diperlukan karena dengan pengetahuan yang tinggi tentang imunisasi diharapkan ibu mau mengimunisasikan anaknya di Posyandu terdekat. Oleh sebab itu maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu balita tentang imunisasi difteri di desa kepatihan tulungagung.

1.2 RUMUSAN MASALAH
     Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana gambaran pengetahuan ibu balita tentang imunisasi difteri di Posyandu I Desa  Kepatihan Kabupaten Tulungagung”

1.3 TUJUAN PENELITIAN
       1.3.1 Tujuan Umum
                      Mengetahui gambaran pengetahuan ibu balita tentang imunisasi difteri di Posyandu I Desa kepatihan Kabupaten Tulungagung.1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang tujuan pemberian imunisasi difteri.
2. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi difteri.
3. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi difteri.
4. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu mengenai faktor resiko pemberian imunisasi difteri.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Responden (Ibu balita)
          Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ibu dalam menanggapi dan menyikapi tentang imunisasi difteri sehingga para ibu akan tetap membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi difteri.
 1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
      Menjadi bahan masukan informasi pada pemberi pelayanan  kesehatan di Desa kepatihan Kabupaten Tulungagung dalam perencanaan peningkatan peran ibu dalam Imunisasi Difteri.
 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
     Memberi masukan dan bahan dokumentasi ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan.
 1.4.4 Bagi peneliti
     Dapat menambah wawasan bagi peneliti mengenai gambaran pengetahuan ibu balita tentang imunisasi difteri.
  1.4.5 Bagi Tempat Penelitian
     Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Desa Kepatihan Kabupaten Tulungagung.
 1.4.6 Bagi Peneliti Selanjutnya
     Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perilaku ibu terhadap imunisasi Difteri.


 


Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG IMUNISASI DIFTERI DI POSYANDU I KELURAHAN KEPATIHAN TAHUN 2013"

Post a Comment