ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS
A. KONSEP DASAR FARINGITIS
1.
Pengertian Faringitis
a.
Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di
struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk
rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek,
faringitis atau radang tenggorokan, laringitis dan influenza tanpa komplikasi
Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibatkan kematian.
Radang
tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya. Kalau
infeksinya karena gigi, maka giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan
sinusitis, jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel atau
sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, maka akan percuma. Radang
tenggorokannya akan kembali lagi dan berulang terus.
Selain
kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan
flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan
sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba
dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan
membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi kalau lebih
dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika
ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita
suara.
Alergi
tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling
baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan
meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh,
semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.
2.
Jenis-jenis Faringitis
Infeksi
saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan
terutama paru-paru, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi saluran
pernapasan akut diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran
pernapasan akut berat (pneumonia berat) ditandai dengan tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi saluran pernapasan akut
sedang (pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu umur di
bawah 1 tahun ; 50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40
kali/menit atau lebih. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan
pneumonia) ditandai dengan batuk pilek tanpa napas cepat dan tanpa tarikan
dinding dada
3.
Etiologi Faringitis
Etiologi
infeksi saluran pernapasan akut terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
ricketsia. Bakteri penyebab antara lain genus streptokokus, staphylococcus,
pneumococus, hemofilus, bordetella dan korinebakterium. Virus penyebab antara lain
golongan miksovirus, adnevirus, koronovirus, pikornavirus. Disamping itu
faktor-faktor berikut adalah faktor beresiko untuk berjangkitnya atau
mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu ; gizi kurang,
berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan
tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial
ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan kesehatan
rendah. Gejala umum yang sering terjadi pada penyakit Faringitis yaitu : batuk,
sesak nafas, nyeri dada, suara serak, influenza dan kadang disertai demam. Ada
tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di
bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya
terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi.
4.
Patofisiologi Faringitis
Penularan
terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat
mula-mula lapisan tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih dan abu-abu terdapat
dalam folikel atau jaringan lomfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,
menjadi meradang dan membengkak
Seperti
orang dewasa, infeksi pada anak menyebabkan inflamasi dan pembengkakan saluran
napas yang bermakna. Pada kenyataannya, anak-anak yang mengalami ISPA mungkin
memperlihatkan gejala klinis yang lebih dramatis karena saluran napas atas jauh
lebih sempit sehingga resistensi terhadap arus udara tinggi walaupun
pembengkakan dan sumbatan jalan napas tidak mencolok. Batuk yang terdengar pada
anak yang mengidap faringitis mungkin seperti menyalak, serak dan
stridor. Terapi untuk anak-anak yang menderita faringitis derajat
ringan-sampai-sedang antara lain vaporizer, terapi oksigen. Mereka yang
menderita faringitis derajat sedang-sampai berat dapat diobati dengan pemberian
glukokortikoid intramuskular atau nebulizer. Inflamasi epiglottis dapat
menyebabkan sumbatan total jalan napas, kecemasan yang bermakna dan kematian.
Anak-anak cenderung duduk telungkup dan dapat berguling. Untuk anak-anak yang
menderita epiglotitis, perlu dirawat di rumah sakit dan mungkin memerlukan
tindakan intubasi atau trakeostomi.
Sekitar
90% kasus faringitis disebabkan virus. Sisanya disebabkan bakteri dan
kandidiasis fungal (jarang terjadi, biasanya pada bayi). Juga dapat disebabkan
iritasi akibat polusi senyawa kimia. Pada faringitis akibat virus, virus
berusaha menembus sel-sel mukosa yang melapisi nasofaring dan bereplikasi dalam
sel-sel ini. Gangguan pada penderita seringnya disebabkan oleh 0leh sel-sel
dimana virus berimplikasi. Umumnya sembuh dengan sendirinya, tidak perlu
pengobatan spesifik, dan jarang menimbulkan komplikasi. Virus Epstein-barr,
herpes simplex, measle dan common coald.
Bakteri
penyebab faringitis yang paling umum adalah kelompok A streptokokus. Ada banyak
strain; paling berbahaya strain B-hemolitik (GABHS). Bakteri lain yang juga
umum adalah Corynebacterium diphtheria, Chlamydia pneumonia dan stafilokokus.
Jika tidak ditangani dalam 9 hari, infeksi oleh GABHS beresiko menimbulkan
demam rematik.
Corynebacterium
diphtheria tidak terlalu invasive dan tetap terlokalisir pada permukaan saluran
permukaan saluran pernapasan. Hanya lisogenik corynebacterium diphtheria tidak
terlalu terlokalisasir pada permukaan sluran peranafasan. Hanya lisogenik
Corynebacterium diphtheria bakteriofag pembawa gen toksik yang menyebabkan
difteria. Kerusakan pada faring disebabkan oleh toksin tersebut, yang membunuh sel-sel
mukosa dan Adenosine Diphosphate (ADP) Ribosylating Alongation Factor II.
Toksin juga dapat merusak jantung dan saraf. Bakteri ini telah dieradikasi di
Negara-negara maju sejak dilakukannya program vaksinasi anak, tetapi masih
dilaporkan dinegara-negara dunia ketiga dan makin meningkat dibeberapa daerah
di eropa timur. Antibiotic efektif dalam tahap awal, tapi penyembuhan biasanya
lamban.
Sedangkan
Chlamydia pnemoniae menyebabkan sekitar 5% infeksi, dengan onset sub akut dan
faringitis. Penderita sering mengalami pola bifasik, tetapi membaik sebelum
berkembang menjadi bronchitis atau pneumonia.
5.
Tanda-tanda Bahaya pada Faringitis
Pada
umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih
tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan
yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan. Tanda- tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda
klinis dan tanda-tanda laboratoris :
a.
Tanda-tanda klinis pada sistem respiratorik adalah tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing
b.
Pada sistem cardial adalah tachycardia, bradycardiam, hipertensi, hipotensi dan
cardiac arrest
c.
Pada sistem cerebral adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
pepil bendung, kejang dan coma
d.
Pada hal umum adalah letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda
laboratoris :
a.
Hypoxemia
b.
Hypercapnia
c.
Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda
bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah : tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah : kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasanya
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing.
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Faringitis
a.
Pendidikan ibu
Orang
dengan tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi cenderung akan mempunyai
pengetahuan yang lebih dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan formal yang
lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti serta pentingnya
kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti
kebutuhan bagi diri dan lingkungan yang dapat mendorong kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
Para ibu
yang tidak pernah bersekolah mengalami kematian balita 35% dibandingkan
dengan ibu yang pernah bersekolah, tetapi tidak menyelesaikan sekolah dasarnya.
Perbedaan itu menjadi sangat mencolok, mencapai 97% dibandingkan para ibu yang
berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Pendidikan adalah salah
satu jalan menjadikan perempuan sebagai agen perubahan, bukan sekedar penerima
pasif program pemberdayaan. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang
memungkinkan perempuan memiliki independensi ekonomi. Hal ini membuat perempuan
memiliki suara dalam rumah tangga maupun di masyarakat, antara lain dalam
mengatur pembagian “harta” keluarga seperti makanan, biaya kesehatan,
pendidikan dan sebagainya. Perempuan juga memiliki sumber penghasilan di
tangannya, cenderung membelanjakan penghasilan itu untuk kesejahteraan
anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa.
b.
Pengetahuan Ibu
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan yang di cakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat :
1)
Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh materi
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2)
Memahami (Comprehension), diartikan
sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3)
Aplikasi (Application), adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi sekarang
4)
Analisis (Analysis) adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi yang ada kaitannya satu sama lain
5)
Sintesis (Syntesis), menunjukkan
kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru
6)
Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi / penilaian terhadap suatu materi
atau objek.
Ditengah-tengah
kesibukannya menyelesaikan tugas rutinnya itu, ibu masih dibebani untuk merawat
dan mengasuh anak. Sulit bagi ibu memisahkan pekerjaan itu dalam waktu
terpisah. Keterbatasan tenaga dan waktu membuat ibu harus melaksanakan tugas
ganda bersamaan. Biasanya sambil memasak di dapur, seorang ibu juga harus
mengasuh anaknya. Ketika tangannya sibuk mengolah masakan untuk keluarganya,
anak yang masih balita biasa tetap berada di pangkuannya. Kalau tidak
digendong, anaknya yang belum bisa di apih, ditidurkan di dipan yang terletak
di dapur. Sementara asap dari kompor terus mengeluarkan asap. Ruangan dapur
dipenuhi gas dari alat masak yang sebenarnya berbahaya bagi anak. Anak yang
berada di dapur bersama ibunya tidak bisa menghindari dari kepungan asap.
Dengan berjalannya waktu, akumulasi asap yang dihisap anak semakin besar. Tanpa
disadari sang ibu, anak itu telah terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. (Juniarti Sahar, 2005).
c.
Gaya Hidup
Banyak
kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung faktor
risiko; berbagai stress akibat krisis kehidupan dan perubahan gaya hidup juga
merupakan faktor risiko. Cara pelaksanaan dan perilaku sehat dapat berakibat
positif ataupun negatif terhadap kesehatan. Cara pelaksanaan kesehatan
berpotensi memberikan efek negatif dapat termasuk sebagai faktor risiko; antara
lain yaitu makan yang berlebihan atau nutrisi yang buruk, kurang tidur dan
istirahat, dan kebersihan pribadi yang buruk. Kebiasaan lain yang menyebabkan
seseorang beresiko menderita sakit antara lain kebiasaan merokok atau minum
minuman alkohol atau penyalahgunaan obat.
Selain
itu dapat disebabkan karena :
1)
Iritasi
Iritasi dapat
disebabkan oleh debu, asap, atau kekeringan udara yang berlebihan
2)
Alergi
Drip postnasal yang
berlebihan dapat menyebabkan iritasi faring.
3)
Trauma
a)
Penyalahgunaan Vokal
Berteriak, menyanyi
berlebihan atau bentuk lain penyalahgunaan vokal dapat menimbulkan nyeri
tenggorok demikian juga suara parau.
b)
Benda Asing
Mula timbul nyeri
tenggorok yang mendadak dapat disebabkan oleh adanya benda asing. Liur yang
mengalir dan kesukaran menelan sering ditemukan.
c)
Luka Bakar
Faring dapat
mengalami luka oleh makanan atau minuman yang panas, atau oleh karena asam atau
basa
d)
Asap
Anak-anak dapat
mengalami iritasi faring akibat asap rokok berat dirumah. Faringitis dapat
terjadi setelah inhalasi yang berkaitan dengan kebakaran.
d.
Status Gizi
Makanan
adalah kebutuhan hidup yang sangat penting diantara kebutuhan pokok hidup
manusia dan pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda lagi. Makanan adalah bahan
yang menyebabkan tubuh manusia dapat bekerja, kalau kita umpamakan maka tubuh
manusia itu bagaikan sebuah mesin, dimana dalam kegiatannya diperlukan energi.
Energi dibutuhkan untuk bernapas, berjalan, berdiri serta untuk tumbuh kembang.
Manusia mendapatkan energi dari makanan yang dimakan (Ns. Anas Tamsuri, S.Kep,
2008).
Gizi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Ada hubungan erat antara tingkat keadaan gizi dengan
konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila konsumsi
gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh mereka. Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu. Sebagai contoh pada gondok endemik merupakan keadaan yang seimbang
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Status
gizi buruk balita ditetapkan berdasarkan atas salah satu hal berikut :
1)
Perbandingan berat badan dari umur atau berat badan jatuh pada daerah garis
merah pada KMS
2)
Anak yang dalam tiga kali penimbangan berturut-turut berat badannya tidak
mengalami peningkatan
3)
Balita yang dalam pemeriksaan ditemukan menderita xeroptalmia (kurang vitamin
A).
4)
Balita yang mempunyai pembesaran kelenjar thyroid akibat kekurangan unsur
yodium yang diperlukan untuk hormon thyroid.
5)
Balita yang menderita anemia, dimana keadaan akibat kadar Hb kurang, akibat
kekurangan salah satu zat pembentuk (zat besi, asam folat, vitamin B12).
Menurut
(dr. Hamam Hadi, 2005) balita yang mengalami kekurangan gizi juga bisa
dipengaruhi oleh kekurangan zat gizi yang diterima dari ibu yang menyusuinya.
Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka balita tersebut
akan mengalami kurang gizi yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan
dalam kehidupan berikutnya.
e.
Status Imunisasi
Imunisasi
berasal dari “kata imun”. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan
kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk
kuman yang sudah dilemahkan atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada suatu saat nanti digunakan untuk melawan kuman
atau bibit penyakit yang menyerang tubuh
Imunisasi
terdiri atas imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah suntikan ke
dalam tubuh anak kuman yang sudah dimatikan atau di perlemah, suntikan ini akan
merangsang tubuh mengembangkan daya tahan tubuhnya dengan memproduksi antibodi
yang memiliki ketahanan sampai seumur hidup. Sedangkan imunisasi pasif yaitu
suntikan yang berasal dari serum atau darah binatang, imunisasi ini memiliki
ketahanan sementara. Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi yang sangat
efektif untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi serta balita dari
jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Namun
menurut Ibrahim. S (2003), beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak bisa
dilindungi dari penyakit-penyakit berbahaya adalah ketidaktahuan para orang tua
tentang adanya vaksin dan kurangnya kesadaran betapa kerugian yang bisa
diderita oleh anak jika sakit
Pertusis
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri Bordetella pertusis. Penyakit ini dapat
dicegah dengan imunisasi pada usia 2,4 dan 6 bulan. Pertusis terjadi dalam
wadah tiap 3 sampai 5 tahun. Sebelum imunisasi tersedia, banyak bayi dan anak
mati karena pertusis. Biasanya pertusis mulai seperti pilek saja dan ingus,
kecapaian dan adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk, biasanya
bertubi-tubi, diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah batuk
Pertusis
mungkin parah sekali bagi anak kecil, yang mungkin membiru atau berhenti
bernafas sewaktu batuk dan mungkin harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih
besar dan orang dewasa mungkin mengalami penyakit yang lebih ringan dengan
batuk yang berkelanjutan selama berminggu-minggu, tanpa memperhatikan
perawatan. Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan (dari batuk
atau bersin). Tanpa perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk mulai.
Waktu antara eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai 10 hari, tetapi
mungkin berkelanjutan sampai 3 minggu. Vaksin DPT ini tidak memberi
perlindungan seumur hidup terhadap pertusis, dan perlindungan ini adakalanya
tidak lengkap. Anak-anak harus diimunisasikan pada usia 2,4 dan 6 bulan.
Di
indonesia saat ini, imunisasi menjadi salah satu program pelayanan kesehatan
yang sedang di galakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena adanya
pergeseran pelayanan kesehatan dari yang bersifat promotif ke preventif.
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dilakukan dalam bentuk pelaksanaan
kegiatan-kegiatan imunisasi massal seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN),
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN)
dan lain sebagainya. Tujuan akhir dari PPI tersebut adalah tercapainya Universal
Child Immunization (UCI) pada tahun 2002
f.
Lingkungan
Lingkungan
yang sehat merupakan suatu persyaratan untuk memelihara tubuh sehat, kelembaban
yang rendah dapat mengeringkan selaput lendir hidung dan mulut yang berpengaruh
pada masalah pernapasan
Menurut
(Entjang Indan, 2000), keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang
memerlukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti dikemukakan oleh WHO
bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula
tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Hubungan rumah yang terlalu
sempit dan kejadian penyakit diantaranya mempengaruhi kebersihan udara, karena
rumah terlalu sempit maka ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh karena mudahnya perpindahan bibit
penyakit dari manusia yang satu ke manusia yang lain, sehingga memudahkan
terjadinya penyakit seperti penularan penyakit saluran pernapasan.
Rumah
sehat harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologis, suhu
ruangan antara 18-20 ºc, penerangan siang dan malam baik terutama penerangan
listrik, pertukaran hawa baik dengan luas seluruh ventilasi adalah 15 % dari
luas lantai, dan mempunyai isolasi suara, kebutuhan psikologis (keindahan,
jaminan kebebasan, privasi, ruangan berkumpul keluarga, dan ruang tamu),
terhindar dari kecelakaan serta dari penyakit (luas kamar tidur 5 m2 per kapita perluas lantai). (Entjang Indan,
2000).
Lingkungan
fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Polusi udara, air dan suara dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah dapat
menyebabkan risiko bagi individu terutama anak khususnya balita. Tempat tinggal
yang tidak bersih, sistem penghangat atau pendingin ruangan yang buruk dan
lingkungan yang padat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyebaran
penyakit. Konflik atau masalah lain dalam keluarga mungkin dapat menjadi
stressor yang menyebabkan individu atau seluruh keluarga mengalami peningkatan
risiko terjadinya penyakit
7.
Penatalaksanaan
a.
Untuk Faringitis Akut
Jika di
duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat mencakup
pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan
obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai
organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di
berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari
orofaring.
Diet cair
atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan
pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan.
Kadang tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang
cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena.
Sebaliknya, pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan
dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari
b.
Untuk Faringitis Kronik
Didasarkan
pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan
memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin
mengakibatkan terhadap batuk kronik.
Kongesti
nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung
epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika
terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti
Drixarol/ Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat
dikontrol dengan aspirin / asetaminofen. (Ngastiyah, Hal. 37-38)
c.
Pada Anak-anak
Bila anak
menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah atau lesu karena gejala radang
tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu
dengan obat, mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu
menenangkan anak.
1)
Nyeri menelan :
Banyak minum air
hangat, obat kumur, lozenges, paracetamol untuk meredakan nyeri
2)
Demam
Banyak minum,
paracetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.
3)
Hidung tersumbat dan berair (meler)
Banyak minum hangat,
anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCl.
Dalam
beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2 minggu.
Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak.
Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit
bernapas, kebiruan pada bibir atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat
mengantuk, atau anak batuk/demam berkepanjangan.
Karena
hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak
dipergunakan. Infeksi oleh virus (misalnya batuk-pilek, radang tenggorokan)
sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh
dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan
antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi
resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat
dibutuhkan, terutama pada anak-anak
0 Response to " ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS"
Post a Comment